Suratku Yang Bertujuan Ke Langit
Selamat pagi, aku sapa dunia dengan penuh khidmat. Aku membuka tirai yang menutup jendelaku, sengaja membiarkan cahaya itu membakar mataku agar silau. Aku langsung berjalan menuruni anak tangga untuk menemui semua orang yang sudah sarapan. Ada Ibu yang sedang menaruh roti di panggangan, sementara adikku satu-satunya sedang menonton shinchan the movie. Entahlah, aku merasakan pedih ketika aku ingin menjelaskan satu orang lagi. Dia sudah tidak ada, Kakakku.Ibu menyadari kehadiranku yang mematung di salah satu anak tangga, cepat-cepat dia menghampiriku dengan menarik tanganku. Berhasil, membuyarkan lamunan sedihku. Aku langsung melompat dan mengikuti ibuku yang menarik tanganku. Ternyata, ia menggiringku ke tempat cucian piring kotor yang menumpuk. Aku memutar bola mataku, " Tenang. Aku akan mencucinya, " Desahku." Segera, anakku! " Serunya mengingatkan. Aku langsung mengambil piring pertama dan langsung menggosoknya setelah memberikan pembersih di sponsnya. Aku menikmati kegiatan ini dulu, tetapi sekarang tidak lagi.Setelah selesai mencuci piring, aku buru-buru berjalan duduk di kursi makan. Di meja makan sudah terhidang banyak roti panggang dengan telor mata sapi yang menggugah selera. Ditemani segelas susu putih dan teh hangat manis, pasti enak di kerongkongan. Adikku sudah tak lagi menonton, kini dia sedang mengunyah sarapannya. Ibu mengoceh tentang pemberitaan selebritis yang bagaikan 'sampag' otak apabila ditonton dan menyarankan kami untuk nonton yang ringan-ringan saja karena hidup itu sudah susah, buat apa disusahin lagi? Kata ibu selalu.Sarapan sudah kulakukan, tinggal mandi saja belum terlaksana. Aku langsung berlari menaiki anak-anak tangga itu terburu-buru. Mengingat ini sudah pukul 10 pagi, harus bertemu dengan teman-teman sekelas untuk bersepeda ria. Dengan mandi, aku merasakan badanku menggigil menilik disini udaranya sedang dingin karena semalaman hujan mengguyur kota kecil ini. Entahlah, apakah dengan bersepeda kami tetap akan berkeringat melihat cuaca dingin menyelimuti kota ini. Tapi ini adalah kebiasaanku, aku tak boleh mengecewakan teman-temanku. Sedikitpun!Akhirnya, aku bersepeda dengan teman-temanku. Rasanya menyenangkan karena saling bercanda dan melemparkan senyuman satu sama lain. Orang yang aku favoritkan, Rain. Tumben sekali bersepeda dengan Inna. Ah sudahlah, mereka tidak terlalu pintar untuk mengambil sedikit perhatianku. Tidak sepintar kakakku.Setelah bersepeda keliling kota bersama teman, aku langsung meluncurkan sepeda ini ke Rumah ku segera. Aku tak sabar untuk pulang menikmati makan siang yang dihidangkan Ibu. Kemarin, Ibu baru saja berjanji akan membuat omelete. Pasti enak untuk ditelan, batinku mengkhayal sehingga perutku melonjak-lonjak keroncongan. Rasanya, aku ingin sekali cepat pulang. Tidak tahu mengapa.Di teras, aku melihat Adikku bersama dengan kekasihnya. Sandi. Sedang ngobrol ngalor ngidul sampai tertawa ngakak seperti itu. Aku menatap Sandi sesaat yang mengingatkan aku pada Kakakku. Huff, Sandi tersenyum menyapaku sambil mengangguk. Aku hanya membalas senyumannya setelah menyandarkan sepedaku di garasi. Dengan langkah jenjang, aku berlari melesat ke dalam rumah.Aku langsung mencium bau omelete yang meresahkan perutku, aku mengikuti baunya dan sampailah aku di dapur dengan Ibu yang sedang mematikan kompor. " Ellen, kau pulang ? " Tanyanya penuh dengan nada ceria. Aku berteriak, " Sudah dong. Nanti, aku kehabisan omelete lagi! ". Ibu tertawa mendengar sahutanku yang kekanak-kanakan. Seharusnya, ada 'orang lain' yang juga ikut tertawa sekarang. Kakak, kau kini tak lagi tertawa bersama ibuku.Menghabiskan dua omelete secara bergiliran membuatku kenyang juga, aku langsung mandi dan menjemurkan pakaianku. Setelah mandi, tanganku buru-buru mencari remote tv untuk nonton serial tv kesukaanku. Kau tahu, aku tak pernah melewatkannya. Sekalipun.Sudah sore, pukul 5. Aku masuk kedalam kamarku untuk mengerjakan pr yang diberikan guru bahasa inggrisku, Bu Dian. Tanganku mencium halaman yang akan ku kerjakan. Dengan sedikit semangat, aku berhasil menyelesaikan prku satu-satunya untuk hari itu.Nah Kakak, aku sudah menceritakan hari mingguku. Kakak di surga sana, apakah kakak melakukan hal yang aku lakukan juga? Ataukah kakak sedang berjalan-jalan menyusuri taman surga yang indah tak terkatakan? Aku sungguh ingin bertemu kakak, bila waktu nya sudah tiba nanti. Mungkin setelah aku tua? Atau ketika aku melahirkan seorang anak dan aku meninggal? Siapa tahu kak? Aku dapat bertemu dengan kakak dengan wujud tuaku. Aku hanya bergidik, aku tak mau terlihat lebih 'tua' daripada kakak! kini aku tertawa sendiri, karena tulisanku yang konyol dan ironis ini.Tapi yang aku inginkan, aku harus bertemu dengan Kakak apabila aku sudah mencapai semua yang kuinginkan. Kakak selalu berkata kepadaku, " Kau bisa membuat cita-citamu setinggi langit, asalkan kau menaikan kualitas dirimu setinggi langit.". Sungguh, aku akan melakukannya.Kau tahu kakak? Sampai detik ini, aku masih menangis dikala malam. Karena Kakak, pergi terlalu cepat meninggalkan aku dengan Ibu dan Adikku. Kau menyusul Ayah terlalu cepat. Karena over dosis alkohol, kau tiada.
0 komentar:
Posting Komentar